TEMPO.CO, Jakarta - Baraka Nusantara berhasil membina warga di kaki Gunung Rinjani untuk mengolah sampah menjadi produk yang berguna. Salah satu yang sudah dihasilkan adalah produksi jamur tiram yang melahirkan keuntungan ekonomi.
Baraka Nusantara adalah gerakan kolaborasi pemuda Indonesia dan Australia. Sejak tahun lalu, mereka menginisiasi program pengelolaan sampah di wilayah kaki Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, lewat program Sangkabira Waste Management.
Program yang didukung Australia Award Program melalui skema hibah alumni ini berfokus pada dua kegiatan, yakni daur ulang sampah plastik dan pengolahan sampah pertanian menjadi media tanam untuk budi daya jamur.
Siti Maryam Rodja, pendiri Baraka Nusantara, mengatakan pelatihan pengolahan sampah pertanian menjadi budi daya jamur tiram digelar pada 13 April lalu. Saat itu, dia menggandeng kelompok Myotech asal Bandung sebagai mitra.
Pelatihan tersebut diikuti 20 orang dan telah melahirkan beberapa kelompok petani jamur muda. “Mereka sudah berhasil memproduksi jamur tiram dan telah diperjualbelikan ke masyarakat,” kata Siti dalam rilis yang diterima di Jakarta, Ahad, 8 Juli 2018.
Sejumlah wisatawan asing beristirahat di tepian Danau Segara Anak di Gunung Rinjani dilihat dari Plawangan Senaru, Lombok. Tempo/Aditia Noviansyah
Kegiatan budi daya di Kecamatan Sembalun ini telah menghasilkan varietas jamur unik, yakni jamur tiram merah muda. Padahal jamur yang disemai dalam baglog adalah tiram putih dan cokelat. Varietas baru ini diharapkan dapat meningkatkan nilai jual jamur hasil produksi kelompok Sangkabira Waste Management.
Pada 5-7 Juli 2018, Baraka Nusantara kembali melaksanakan pelatihan pengelolaan sampah plastik bekerja sama dengan Precious Plastik Indonesia. Sebanyak 20 pemuda dari empat desa di Kecamatan Sembalun mengikuti kegiatan tersebut.
Siti berharap masyarakat yang berpartisipasi dalam program ini akan lebih banyak. Sebab, program ini memiliki efek penurunan jumlah sampah, lingkungan lebih bersih, memberikan bekal kewirausahaan sosial kepada pelajar dan pemuda.
“Dana yang dihasilkan dari produk sampah tersebut sebagian dialokasikan untuk mendukung pendidikan di Kecamatan Sembalun," ujar Siti.
Gerakan sosial pengelolaan sampah oleh Baraka Nusantara dilatarbelakangi fakta banyaknya sampah dari pendakian Gunung Rinjani. Pada 2016, sampah pendakian tercatat mencapai 13 ton.
Puluhan ribu turis lokal dan mancanegara saban tahun mendaki Gunung Rinjani. Pada 2016, tak kurang dari 90 ribu orang berusaha mencapai puncak. Jumlah ini jauh melebihi populasi penduduk Kecamatan Sembalun, yang hanya 19 ribu orang.
"Sektor pariwisata memang terkesan menjanjikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Namun, di sisi lain, pariwisata juga memiliki sisi negatif yang menimbulkan masalah sosial, yaitu sampah yang merusak lingkungan," ucap Siti.
ANTARA